Ke Aceh, jangan lupa pesiar ke Masjid Raya Baiturrahman. Bangunan indah dari abad ke-19 inilah yang menjadi prototipe bagi masjid-masjid lain di Indonesia dan Malaysia.
Masjid Raya Baiturrahman merupakan masjid beratap kubah pertama di Asia Tenggara. Belanda mulai membangun pada 1879 dan dalam dua tahun masjid itu rampung. Adapun masjid megah rancangan arsitek Italia de Bruchi tersebut dipakai sebagai alat untuk membujuk orang Aceh saat perang besar dengan Belanda. Masjid baru dibangun untuk menggantikan Masjid Raya beratap meru yang didirikan oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612.
Jika ditarik mundur, cerita tentang masjid ini berawal saat Kesultanan Aceh menolak menjalin kontrak dagang dengan Belanda. Akibatnya Belanda menyerbu Kutaraja (nama lama Banda Aceh). Penyerbuan tersebut menyulut perang 30 tahun di Tanah Rencong, termasuk menghancurkan Masjid Raya. Dalam upayanya membujuk agar Aceh mau menyudahi perang maka Belanda membangun kembali masjid baru, untuk menggantikan Masjid Raya.
Arsitektur masjid yang baru sangat kental dengan gaya Mogul. De Bruchi mengadopsi gaya dan struktur khas India Utara tersebut lalu melengkapinya dengan sentuhan ornamen Moor. Selama abad ke-20, secara bertahap masjid berlantai marmer Italia ini dipoles dengan elemen-elemen lain. Misalnya, pada tahun 1936, dua kubah baru ditambahkan. Tahun 1957, kubah keempat dan kelima ditambahkan di samping. Maksudnya untuk menyimbolkan kelima sila dalam Pancasila.
Masih di tahun yang sama, dua menara masjid ditambahkan dan masjid itu diberi nama Masjid Raya Baiturrahman. Era 1980-an, bangunan masjid diperbarui. Di sekitarnya dibangun taman cantik dan sebuah kolam memanjang dari pelataran masjid sampai ke gerbang masuk.
Bertahun-tahun setelah Belanda ‘menghadiahkan’ masjid tersebut, pemimpin agama menganggap tempat itu tidak pantas untuk digunakan sebagai tempat ibadah. Mereka juga melarang umat menggunakannya untuk sholat. Zaman berganti, perlahan masjid berkapasitas 9.000 jamaah ini menjadi situs religi kebanggaan masyarakat Banda Aceh – kota yang dijuluki juga sebagai Serambi Mekkah. Masjid-masjid di Indonesia dan Malaysia pun mulai meniru arsitekturnya.
Saat tsunami menghantam Banda Aceh, masjid ini menjadi satu dari sedikit bangunan yang selamat. Kerusakan yang dialami bangunan tergolong minor, tsunami hanya menyebabkan menara masjid di pintu masik sedikit miring dan retak. Masjid Raya Baiturrahman juga mengambil peran vital, yakni sebagai tempat pengungsian masyarakat yang kehilangan tempat tinggal.
Untuk masuk ke area masjid, wisatawan perempuan wajib mengenakan busana muslim. Ini menyusul pemberlakuan area wajib jilbab mulai dari halaman Masjid Raya Baiturrahman. ( tiket pesawat murah / promo - online )
0 komentar:
Posting Komentar