Bermula dari mitos lalu berkembang menjadi rumor di kalangan peselancar kini legenda gelombang (sungai) Bono akan menjadi sorotan mata dunia seakan mengundang untuk hadir ke sana langsung. Padahal, ombak dahsyat di Teluk Meranti itu nyatanya memiliki nama lain yang cukup membuat bulu kuduk peselancar merinding, yaitu 'Tujuh Hantu' (Seven Ghost).
Gulungan air sungai berlapis tersebut sebenarnya lebih dari tujuh, tingginya mencapai 6 meter, berkecepatan 40 km per jam, dan menghantarkan hempasan bertubi-tubi diiringi suara menderu keras bahkan mampu melumat pepohonan serta mengikis tanah terjal di sekitarnya.
Nama 'bono' dalam bahasa masyarakat setempat berarti 'benar'. Kata ini memiliki kisahnya sendiri ketika Raja Pelalawan meminta utusan masyarakat setempat menghadap ke Istana Sayap tetapi sang utusan terhalang oleh gelombang untuk menyeberang sungai. Karena ketidakhadiran utusan tersebut, kemudian sang raja memerintahkan pengecekan langsung apakah betul ada gelombang dahsyat di sungai. Akhirnya diperoleh informasi bahwa hal tersebut benar adanya. Kata 'benar' ini dalam bahasa setempat disebut 'bono' dan sejak saat itu kata 'bono' melekat pada gelombang sungai di Teluk Meranti.
Steve King (46), seorang peselancar sungai (tidal bore surfer) dari Inggris telah menjajal selancar di sungai sejak usia 7 tahun. Tahun 2006 dia berhasil memecahkan Guinness World of Records berselancar di atas gelombang sungai dengan waktu terlama dan jarak terpanjang di atas gelombang Sungai Severn Bore, Inggris. Saat itu Steve menorehkan catatan berjarak 12,23 km (7,6 mil) ditambah 2,66 km (1,65 mil) dengan waktu tempuh 1 jam 6 menit.
Sejak 10-13 Februari 2013, Steve King sudah ada di Teluk Meranti mencoba memecahkan rekor atas namanya sendiri enam tahun lalu di Inggris. Untuk memecahkan rekor berselancar tersebut Steve King memilih Bono.
Ia ditemani rekannya Steve Holmes, Nathan Maurice (Inggris), Fabrice Colas dan Dominique Avrilleau (Perancis), juga Christopher Caravino (Hawaii). Rekan-rekannya selain menemani berselancar juga mempersiapkan peralatan, pemandu lokal, akomodasi, dan transportasi di Teluk Meranti.
Selama satu hari sebelum berselancar mereka melakukan koordinasi dan strategi termasuk pengenalan alam serta menjabarkan berbagai kemungkinan dan tantangan. Steve sendiri tidak melakukan latihan khusus, ia hanya berupaya mengenal bagaimana rute gelombang dan kemungkinan arah angin.
Pria yang telah berselancar sejak usia 7 tahun itu mengutarakan bahwa hal terpenting hanya dua, yaitu menemukan dan mendekat pada gelombang lalu yang kedua adalah mencoba bertahan selama mungkin dengannya.
Steve King dan 5 kawannya memulai berselancar dari Pulau Muda sampai Teluk Binjai di Sungai Kampar dengan waktu tempuh berkisar antara 1,5 sampai 2 jam. Adapun jarak rute tersebut diperkirakan mencapai 40 kilometer.
Selama aktivitas berselancar terpasang kamera kedap air di ujung depan papan selancar dan lengan, serta pada di helm (untuk kayak) sebagai bukti laporkan ke Guinness World of Records. Demi memastikan waktu dan jarak tempuh akurat maka dikenakan jam khusus untuk merekam waktu, jarak, hingga lokasinya yang nanti datanya dapat dikonversikan ke komputer.
Pengalaman Steve King selama lebih dari 30 tahun berselancar di sungai bagitu terlihat saat menunggang Bono. Pria yang kesehariannya bekerja sebagai teknisi mesin kereta api di Inggris itu tampak tenang dan kokoh menunggang papan selancar. Bahkan, dalam satu sesi gulungan ombak, Steve menunjukkan atraksi akrobatik dimana posisi kepala dan kedua tangan di bawah menopang tubuhnya di papan selancar.
"Gelombang Bono adalah keganjilan alam yang terjadi di Semenanjung Kampar, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau". Gelombang besar di sungai ini terjadi bersamaan dengan pasang naik dan pasang surut dengan ketinggian puncak gelombang sekitar 4-6 meter dan ukurannya hampir selebar Sungai Kampar.
Fenomena ini terjadi akibat benturan tiga arus air yang berasal dari Selat Malaka, Laut China Selatan, dan juga dari aliran Sungai Kampar yang bertemu di muara Sungai Kampar. Gelombang ini dimungkinkan tercipta karena adanya penyempitan pertemuan arus oleh Pulau Muda yang membelah Sungai Kampar tepatnya di bagian muara sungai sehingga membentuk gelombang besar yang menggulung dan menghempas jauh ke dalam sungai, bahkan mampu menenggelamkan perahu serta kapal besar.
Meskipun terbilang berbahaya tetapi Gelombang Bono terkenal di kalangan peselancar internasional sebagai ombak di sungai terpanjang dan terbaik di dunia.
Selama dua tahun terakhir banyak peselancar dari berbagai negara menjajal Bono meskipun lokasi Teluk Meranti sendiri cukup terpencil sekitar 150 km dari Kota Pekanbaru. Peselancar ini ada yang datang dari Perancis, Brasil, Inggris, Jerman, Kanada, Belgia, Amerika Serikat, Australia, Singapura, dan negara lainnya.
Bahkan pada Maret 2011 perusahaan aparel surfing dunia, yaitu Rip Curl telah melakukan ekspedisi di Teluk Meranti dan membuat video khusus tentang Seven Ghost Bono.
Teluk Meranti dapat dicapai dari Pekanbaru dengan perjalanan darat sekitar 5 jam. Tersedia penerbangan ke Pekanbaru dari Jakarta atau Medan. Tujuan wisata ini terbilang baru karenanya fasilitas pendukung pariwisata masih terbatas. Akan tetapi, penduduk setempat bersedia menjadikan rumah mereka sebagai akomodasi. Ke depan Teluk Meranti diharapkan dapat menjadi tujuan wisata minat khusus yang mendunia. kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar