Kamis, 13 Desember 2012

Dikerjai Pramugari, Pengalaman Tak Terlupakan


Pertama kali saya terbang bersama Citilink adalah pada tanggal 24 Mei 2012 dengan nomer penerbangan QG831. Saya ingat betul karena saat itu saya dijahilin seorang pramugari. Tapi justru kejadian inilah yang membuat saya ingin kembali terbang bersama Citilink!


Siang itu cuaca di Medan panas sekali, sampai membuat kepala saya terasa sedikit pusing. Saya tiba di Bandara Polonia Medan dengan membawa tiket tujuan Jakarta, yang dibelikan paman saya. Paman saya yang tinggal di Jakarta  berhasil mendapatkan tiket promo untuk saya dan mengundang saya ke Jakarta, untuk liburan sekaligus daftar kuliah.

Saat itu, saya juga belum memiliki pekerjaan yang tetap dan belum daftar kuliah kemana-mana. Jadi menjelang berangkat ke Jakarta, banyak hal yang saya pikirkan, termasuk bagaimana saya akan membiayai kuliah saya.
Mungkin itulah sebabnya, saya merasa udara saat itu terasa sangat panas, padahal saya boarding jam 09.00 pagi. Rasanya mau marah saja. Bahkan saya hampir terlambat check in!
Untung saja, saya datang bersamaan dengan waktu boarding. Saya menjadi penumpang terakhir saat itu. Dengan perasaan dagdigdug takut terlambat, saya tiba di pintu pesawat dimana 2 orang pramugari sudah pada posisinya. Mereka tersenyum. Senyum khas pramugari.
Pramugari itu menyapa saya, “Selamat siang, pak.” Saya menjawab, “Selamat siang.” Salah satu pramugari bertanya: “Bapak mau kemana?” Saya menjawab, “Ke Jakarta.”
Pramugari yang tadi bertanya, kembali berkata sambil tersenyum, “Maaf Pak, tapi pesawat ini tujuannya ke Batam.”
Sontak saya terkejut. Saya langsung bad mood, semua ini rasanya hanya menambah beban pikiran saya saja.
Akhirnya dengan perasaan kesal, saya meninggalkan kedua pramugari yang masih terus tersenyum itu. Saya menuruni tangga dan berpapasan dengan seseorang. Ia memakai celana berwarna krem, baju berwarna putih dan rompi. Kelihatannya ia seorang petugas lapangan.
Kami bertemu di tangga dan ia bertanya pada saya, “Bapak mau kemana?”. Saya jawab, “Ke Jakarta.” Ia berkata, “Kenapa malah pergi? Ini pesawatnya.”
Ketika saya masih bingung, ia menuntun saya. “Ini pesawat ke Jakarta pak,” katanya sambil menuntun tangan saya sampai ke depan pintu pesawat. Saya bertemu kembali dengan dua orang pramugari yang masih pada posisinya dan masih dengan senyumannya.
Belum sempat saya berkata apa-apa, dengan ramahnya salah seorang pramugari tersebut langsung menyalami saya dan berkata, “Selamat datang di pesawat Citilink tujuan Jakarta, Bapak Surya Dharma. Mari saya antar ke tempat duduk Bapak.”
Keramahannya membuat saya yang tadinya mau marah karena merasa dikerjai, jadi tersenyum. Senyum yang aneh, antara senang dan bingung. Kami berjalan di lorong kabin sampai berhenti di tempat duduk saya yaitu kursi bernomer 21 A. Saya lalu bertanya ke pramugari tersebut, “Mbak ngerjain saya ya?” Dia hanya berkata, “Wajah mas tadi kelihatan suntuk banget. Tapi sekarang sudah kelihatan lebih segar. Maaf ya mas.” Saya hanya melongo mendengarnya. Pramugari itupun lalu meninggalkan saya, dan menjalankan tugasnya, ketika pesawat bersiap-siap untuk take off dan memeragakan prosedur keselamatan penumpang.
Gara-gara kejadian tidak terduga ini, saya malah jadi senang. Saya jadi merasa kalau saya adalah penumpang yang istimewa, padahal waktu itu saya dapat tiket promo, itupun paman saya yang membelikan.
Sampai sekarang saya tidak tahu dari mana  pramugari itu bisa tahu nama dan nomer kursi saya. Yang pasti saya senang bisa terbang bersama Citilink.
Setelah penerbangan pertama yang berkesan itu, saya kembali terbang dengan Citilink, pada penerbangan kedua, dan ketiga. Kini saya sedang berada di Jakarta. ( pengalaman salah satu penumpang citilink ).

0 komentar:

Posting Komentar