Begitu mendengar kata Horas pasti kita sudah mengetahui dari mana bahasa ini berasal. Horas adalah kata salam orang Batak yang berasal dari daerah Sumatera Utara. Khususnya “Tapanuli”. Selain kata Horas salam khas yang lain, yaitu menjuah-juah dari daerah Karo, dan Yahobu dari daerah Nias. Namun kata Horas lebih umum digunakan. Sulit menemukan kata yang tepat dalam Bahasa Indonesia, karena kata Horas mempunyai makna yang sangat luas, diantaranya berarti: apa kabar, salam perkenalan, selamat pagi/siang/malam, selamat datang dan lain-lainnya.
Warisan budaya Batak selain bahasa adalah sistem kekerabatan. Di mana terdapat 2 bentuk kekerabatan yang dipakai oleh masyarakat suku Batak, yang pertama berdasarkan garis keturunan dan yang kedua berdasarkan sosiologis. Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan dapat ditentukan dari silsilah marga. Jadi setiap orang Batak yang memiliki marga yang sama dapat dikatakan saudara. Sedangkan kekerabatan berdasarkan sosiologis terjadi melalui perjanjian maupun karena perkawinan. Orang Batak sering dikenal sebagai suku yang masyarakatnya sering pergi merantau dan meninggalkan kampung halamannya.
Masyarakat dari suku Batak juga sangat menghormati leluhurnya sehingga hampir semua leluhur marga batak diberi gelar Raja sebagai gelar penghormatan, juga makam-makam para leluhur orang Batak dibangun sedemikian rupa oleh keturunanya dan dibuatkan tugu. Tugu ini dimaksudkan untuk penghormatan terhadap leluhur dan untuk mengingatkan generasi muda akan silsilah mereka. Pemakaman yang ada di sana cenderung berdekatan. Dari radius ± 500 meter sudah ada pemakaman lainnya.
Kebudayaan lainnya yang ikut melestarikan budaya Indonesia ialah hasil kain tenun yang sering kita sebut dengan nama Ulos. Ulos biasanya dipakai oleh mayarakat suku Batak di acara seperti pernikahan, penyambutan tamu, penyerahan harta warisan, atau upacara kematian sekalipun. Selain kesenian, suku Batak mempunyai bahasa yang digunakan sehari-harinya. Bahasa Batak memiliki beberapa logat, diantaranya logat Karo, logat Pakpak, logat Simalungun, dan logat Toba.
Dan kalau ingin melihat rumah adat orang Batak yang disebut Ruma Batak oleh masyarakat suku Batak ini banyak dijumpai di Pulau Samosir. Selain berfungsi sebagai tempat berlindung, Ruma Batak ini mengandung banyak pengertian dan nilai-nilai yang yang bisa dimaknai sebagai pandangan hidup. Dapat disimpulkan bahwa setiap bagian atau bentuk bangunan dari rumah adat batak ini memiliki artinya masing-masing dan dijadikan sebagai dasar dalam kehidupan.
Beberapa rumah adat suku Batak, pada bagian atapnya dipasang tanduk kerbau sebagai lambang kesejahteraan bagi keluarga yang mendiaminya. Yang unik, disetiap rumah adat Batak terdapat tangga, tetapi kalau tangga itu rusak sang pemilik rumah justru senang karena menandakan bahwa sang pemilik rumah itu memiliki sifat yang ramah, baik kepada seseorang sehingga banyak orang yang mampir atau berkunjung ke rumahnya.
Dalam proses pembuatannya, masyarakat suku Batak identik dengan budaya gotong royongnya atau yang lebih dikenal dengan sebutan marsirumpa, yakni suatu bentuk gotong royong tanpa pamrih. Oleh karena itu, masyarakat suku Batak dikenal memiliki etos kerja yang tinggi dan pantang menyerah.
0 komentar:
Posting Komentar